Karena Golkar Seksi untuk Dikuasai

JAKARTA – Berada dalam pusat kekuasaan selama 32 tahun masa Orde Baru, Partai Golkar (PG) nyaris tak memiliki jejak untuk berada di luar pemerintahan, bahkan setelah kekuasaan Orba berakhir. Menurut pengamat politik Arif Susanto, partai ini mampu bertahan antara lain karena kemampuan adaptasinya yang tinggi.

Sayang, Golkar tidak memiliki hal baru untuk ditawarkan sejak kepemimpinan Aburizal Bakrie. "Kepemimpinan Ical sejak 2009 menegaskan tidak lebih daripada bossisme, yang membuat kontrol politik dalam partai memusat pada dirinya. Kondisi ini dan ditunjang oleh menurunnya suara Golkar, serta tidak mendapat kue kekuasaan, menimbulkan konflik internal. Kondisi ini membuat kelompok propemerintah ingin menguasai Golkar yang seksi," kata Arif.

Menurut Arif, kondisi Golkar di luar pemerintahan berpengaruh terhadap kemampuan dan daya sokong Ical untuk mendapatkan dukungan dari daerah. Pada situasi ini, konflik merupakan hasil ketegangan antara kengototan Ical untuk bertahan sebagai ketua umum dan kehendak kuat kader-kader lain untuk melakukan restrukturisasi.

Di luar dukungan kader-kader dari daerah, ada dua hal lain yang berpengaruh besar terhadap jalan keluar konflik internal tersebut. Pertama, arah dukungan kader- kader senior PG. Kedua, campur tangan pemerintah, secara langsung maupun tak langsung.

Menurut dia, bila memberi kesempatan kepada mantan ketua umum Jusuf Kalla untuk menyelesaikan konflik ini, maka terbuka peluang untuk menghasilkan dukungan lebih besar bagi pemerintah, terutama jika kemudian partai beringin pindah haluan bergabung dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH).

Tetapi, ini juga mengundang risiko kekuasaan bagi Presiden Jokowi. Pengalaman hubungan antara SBY dan JK pada Pemilu 2004 dan Pemilu 2009 menunjukkan hal itu. "Saya tidak yakin Jokowi akan membiarkan JK begitu saja mengontrol haluan politik Golkar.

Lebih masuk akal jika Jokowi mengambil jalan tengah antara memastikan dukungan PG sembari membatasi pengaruh JK terhadap partai itu. Tetapi, ini bukan jalan mudah. Tarikan kepentingan antara Jokowi dan JK bisa saja, malah memperkeruh konflik internal tersebut.''

King Maker

Terlepas dari segala kelemahannya, menurut Arif, Golkar tetap terlalu besar untuk diabaikan oleh kekuatan politik mana pun. ''Karena itu, keterlibatan tangan-tangan tak terlihat bisa jadi menentukan bagaimana akhir konflik ini," ucap Arief. Sementara itu, jika Munas Golkar tetap digelar di Bali pada 30 November 2014, Ical diperkirakan masih akan berkuasa.

Demikian prediksi pengamat politik Ridho Imawan dari Soegeng Sarjadi Sindycate (SSS) dan Umar S Bakry dari Lembaga Survei Nasional (LSN). Menurut Ridho, peluang Ical untuk menang masih besar, sekalipun munas dilaksanakan Januari 2015 sesuai permintaan Agung Laksono dan kawan-kawan. Peta kekuatan baru berubah kalau Jusuf Kalla turun gunung meski hanya sebagai king maker.

Posisi sebagai wapres, menurut dia, membuat JK dapat memainkan kartu kekuasaan sekaligus kartu finansial. "Tapi sejauh ini JK bersikap netral," katanya. Menurut Ridho, posisi JK belum jelas berada di belakang kandidat yang mana. Namun, jika kepentingannya untuk menarik Golkar dan mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo, ia akan berseberangan dengan Ical.

Menurut Umar S Bakry, meskipun dinilai sebagian kader sebagai pemimpin yang gagal, Ical telah menanamkan investasi politik selama lima tahun masa kepemimpinannya. "Meskipun munas dipercepat, Ical masih bisa menjangkau. Dengan kata lain, Ical sudah melakukan persiapan yang panjang dengan konsolidasi di antara kader Golkar," ungkap Umar. (F4,di-59)

Dari Kanal 26 Nov, 2014


-
Source: http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/karena-golkar-seksi-untuk-dikuasai/
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Thanks for your comment